Friday 12 August 2011

Hadis Tahrif Al-Quran dalam Kitab Sunni


Perubahan Al Qur’an Dalam Kitab Hadis Imam Bukhari-rahimahullahu:
(1) Surah Wal laili Idzâ Yaghsyâ.[92]
Dalam Al Qur’an umat Islam yang turun kepada Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa aalih- ayat itu berbunyi demikian:
وَ ما خَلَقَ الذَّكَرَ وَ الْأُنْثى‏
Dan Demi Yang menjadikan laki- laki dan perempuan” (Surat al-Laili, ayat; 3)
Ayat ini dalam versi Imam Bukhari berbunyi demikian:
وَ الذَكَرِ و الأُنْثَى.
“Dan demi laki-lak dan perempuan”.
Pada ayat versi Imam Bukhari mengalami pengurangan kalimat: وَ ما خَلَقَ dan kemudian harakat kata الذَّكَر dibaca karsah bukan fathah, seperti dalam Al Qur’an yang ada.
Dalam riwayat disebutkan bahwa sahabat Abu Darda’ -Radhiyallahu ‘anhu- menyatakan bahwa demikianlah sebenarnya ayat itu turun kepada Nabi Shallallahu alaihi wa aalih- dan beliau ajarkan. Jusrtu bunyi ayat seperti yang tertera dalam Al Qur’an sekarang itu dikatakan oleh riwayat Imam Bukhari sebagai hasil paksaan dan rekayasa para penguasa.
Jadi apakah kita akan menuduh Imam Bukahri -rahimahullahu- meyakini Al Qur’an yang berbada?! Atau kita akan menuduh Abu Darda’-Radhiyallahu ‘anhu- juga meyakini adanya perubahan dalam Al Qur’an?! Wal Iyadzu billah.
Shahih Bukhari, Kitab at tafsir, tafsir wal laili idâ Yaghsyâ: 6/210.
(2) Surah Tabbat Yadâ
Dalam Al Qur’an umat Islam yang turun kepada Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa aalih- ayat itu berbunyi demikian:
تَبَّتْ يَدا أَبي‏ لَهَبٍ وَ تَبَّ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” (surat al-Lahab [111], ayat: 1)
Dalam Al Qur’an versi Imam Bukhari berbunyi demikian:
تَبَّتْ يَدا أَبي‏ لَهَبٍ وَقَدْ تَبَّ
Jika pada kasus pertama terjadi pengguguran beberapa kata, di sini justru mengalami penambahan sebuah huruf قد yang berfungsi sebagai huruf tahqiq/penguat dalam istilah kaidah bahasa Arab.
 Shahih Bukhari, kitab at-tafsir, tafsir Tabat Yadâ Abi Lahabin wa-Tabb: 6/221.
(3) Surah asy Syu’arâ’ [26] Ayat214.
Bunyi ayat tersebut dalam Al Qur’an yang ada di kalangan umat Islam demikian:
وَ أَنْذِرْ عَشيرَتَكَ الْأَقْرَبينَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat- kerabatmu yang terdekat,” ( as-Syu’ara’, ayat; 214)
Sementara redaksi ayat itu sesuai versi Imam Bukahri adalah sebagai berikut:
وَ أَنْذِرْ عَشيرَتَكَ الْأَقْرَبينَ، وَ رَهْطَكَ الْمُخْلَصِيْنَ.
“Dan berilah peringatan kepada kerabat- kerabatmu yang terdekat dan kabilahmu yang terpilih.”
Hadis yang memuat ayat tersebut adalah dari riwayat sahabat Ibnu Abbas –Radhiyallahu ‘anhu-, beliau mengatakan demikian: Ketika turun ayat:
وَ أَنْذِرْ عَشيرَتَكَ الْأَقْرَبينَ، وَ رَهْطَكَ الْمُخْلَصِيْنَ.
Jadi demikianlah sebenarnya ayat tersebut turun kepada Nabi-–Shallallahu alaihi wa aalih-, bukan seperti yang beredar dalam Al Qur’an yang dibaca umat Islam. Dalam Al Qur’an yang beradar di kalangan kita ayat tersebut mengalami pengurangan satu bagian yaitu kalimat:
وَ رَهْطَكَ الْمُخْلَصِيْنَ..
Shahih Bukhari, kitab at tafsir, tafsir Tabat Yadâ Abi Lahabin wa Tabb: 6/221.

Bolehkah kita mengatakan Imam Bukhari serta sesiapa saja yang meyakini kitab Shahih Bukhari sebagai orang yang meyakini tahriful Quran, dan terbatal imannya (kafir)?

No comments:

Post a Comment