Friday, 12 August 2011

Tinjauan Ulang Hadis Tsaqalain


Muqaddimah
Untuk kali ini kami hanya akan membuat tulisan sederhana yang berkaitan dengan Hadis Tsaqalain. Pembicaraan akan difokuskan pada makna sebenarnya hadis Tsaqalain dan siapa Al Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW. Tulisan ini saya tujukan buat saudara saya baik Syiah dan Sunni. Semoga berkenan :mrgreen:
Hadis Tsaqalain yang saya tampilkan cukup yang ini saja
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Ithrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761).
Hadis ini dishahihkan baik oleh Sunni maupun Syiah atau mungkin lebih tepat kalau disebutkan bahwa sanadnya shahih berdasarkan metode keilmuan hadis di kalangan Sunni dan Syiah.
.
.
.
Makna Hadis Tsaqalain
Makna hadis ini jika dilihat berdasarkan teksnya sudah sangat jelas bahwa Kitab Allah dan Ithrati Ahlul Bait Rasulullah SAW adalah pedoman bagi Umat Islam.Semua penakwilan dan basa-basi tentang penafsiran hadis ini terkesan tidak tepat dan tendensius. Yang saya maksud adalah upaya penakwilan oleh sebagian orang bahwa makna hadis ini adalah Mencintai dan menghormati Ahlul Bait atau menyatakan bahwa hadis ini adalah Keutamaan Ahlul Bait yang besar. Upaya seperti ini hanya berusaha menghindar dari makna sebenarnya yang sangat jelas(paling tidak menurut saya) yaitu berpegang teguh pada Kitab Allah dan Ithrati Ahlul Bait Rasulullah SAW.
Upaya penakwilan seperti itu adalah suatu hal yang tidak layak. Jangan menukar Emas dengan Perak. Jangan mengurangi Keutamaan yang sangat besar dengan memalingkannya pada keutamaan yang besar saja. Sudah jelas sangat besar tidak sama dengan besar. Sebagai seorang muslim sudah menjadi keharusan untuk mencintai dan menghormati Ahlul Bait Rasulullah SAW karena pada dasarnya Mereka Ahlul Bait Rasulullah SAW memang memiliki Keutamaan yang besar. Hadis Tsaqalain ini justru menunjukkan Keutamaan Mereka yang terbesar yaitu sebagaiPedoman Bagi Manusia.
.
.
.
Pertanyaan Siapa Ahlul Bait
Mengenai Kitab Allah itu sudah cukup jelas tetapi siapakah Ithrati Ahlul Bait Rasulullah SAW. Apakah Istri-istri Nabi SAW?, atau Apakah setiap keluarga Nabi SAW? Keluarga dari hubungan pernikahankah? atau justru keluarga dari hubungan Nasab? Atau justru Rasulullah SAW sendiri sudah memberitahu siapakah Ithrati Ahlul Bait yang dimaksud?.
Pertanyaan ini masih bisa ditambah, Apakah Mereka adalah Ulama-ulama dari keturunan Nabi SAW? Apakah Mereka adalah setiap Ulama Salafus Salih? Apakah Mereka yang dikatakan Syiah sebagai Imam-Imam penerus Nabi SAW? Apakah Mereka adalah setiap keturunan Nabi SAW? Keturunan Cucu Nabi SAW Hasan kah? Keturunan Cucu Nabi SAW Husain? Atau apakah Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Abbas?
Untuk mencari tahu siapa Mereka sebenarnya maka kami akan berpegang pada metode yang kuat dan dengan ini kami menarik kesimpulan. Soal kesimpulan ini akan dipertentangkan oleh Saudara Sunni maupun Syiah itu bukanlah menjadi urusan kami sepenuhnya.
.
.
.
Metode Pertama Al Hadis Sebagai Dalil Naqli
Metode pertama untuk Mencari tahu siapa Mereka adalah dengan merujuk pada Rasulullah SAW sendiri yang mengucapkan hadis tersebut. Jadi jalan pertama lewat Hadis Rasulullah SAW. Kami temukan dalam pencarian kami terhadap hadis-hadis yang berkaitan dengan Ahlul Bait adalah
  • Ahlul Bait Rasulullah SAW adalah Ahlul Kisa’ selain Beliau SAW yaitu Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.
  • Ahlul Bait adalah Istri-istri Nabi SAW.
  • Sahabat Nabi SAW yang dikenal sebagai Salman Al Farisi.
Mengenai Ahlul Bait adalah Ahlul Kisa’ sangat jelas berdasarkan hadis shahih berikut
Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah yang berkata,  Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.(QS Al Ahzab 33). Ayat tersebut turun di rumah Ummu Salamah , lalu Nabi Muhammad SAW memanggil Siti Fathimah,Hasan dan Husain,lalu Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain sedang Ali bin Abi Thalib ada di belakang punggung Nabi SAW .Beliau SAW pun menutupinya dengan kain Kemudian Beliau bersabda” Allahumma( ya Allah ) mereka itu Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.Ummu Salamah berkata,” Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW? . Beliau bersabda “ engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan. (Hadis Sunan Tirmidzi no 3205 dan no 3871).
Hadis ini pun menyiratkan bahwa Istri Nabi Ummu Salamah tidak termasuk dalam kategori Ahlul Bait yang dikatakan Rasulullah SAW. Benarkah begitu? Maka dengan sedikit bersabar kami mencari sumber lain, dan ternyata terdapat keterangan bahwa Rasulullah SAW pernah menyapa Istri-istri Beliau SAW sebagai Ahlul Bait
Dari Anas r.a, ia berkata : “Nabi SAW melangsungkan pernikahan dengan Zainab binti Jahsy dengan hidangan roti dan daging maka saya mengirim makanan. Lalu Nabi SAW keluar dan menuju kamar Aisyah seraya berkata, ‘Assalamu’alaikum ahlul bait wa rahmatullah (salam sejahtera atas kamu, wahai ahlul bait dan semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepadamu)’ Maka Aisyah menjawab, ‘Wa alaika salam wa rahmatullah (dan semoga kesejahteraan dan rahmat Allah atasmu). ‘Lalu Nabi SAW mengitari kamar semua istrinya dan berkata kepada mereka seperti yang dikatakan kepada Aisyah, dan merekapun menjawab seperti jawaban Aisyah” (HR Shahih Bukhari).
Hadis di atas ditujukan untuk semua Istri Nabi SAW termasuk ummu Salamah, tetapi dalam hadis sebelumnya Ummu Salamah dicegah untuk ikut bersama mereka Ahlul Bait yang dikhususkan oleh Rasulullah SAW.
Oleh karena itu kami melakukan tinjauan ulang dan kami simpulkan bahwa Rasulullah SAW menggunakan kata Ahlul Bait dengan 2 pengertian yaitu makna umum dan makna khsusus. Makna umum Ahlul Bait adalah keluarga dan makna khsusus Ahlul Bait adalah salah satunya ketika turun ayat tathir Al ahzab 33 dimana Rasulullah SAW menyatakan bahwa Ahlul Bait yang dimaksud tertuju kepadaSayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.
Selanjutnya timbul pertanyaan, lalu dalam Hadis Tsaqalain kata Ahlul Bait yang dimaksud itu adalah bermakna apa? Apakah setiap Keluarga Rasulullah SAW yang meliputi kerabat Beliau SAW yaitu Paman-paman Beliau SAW, Sepupu Beliau SAW, Besan Beliau SAW, Istri Beliau SAW dan Anak-anak Beliau SAW?. Adakah penjelasan yang bersumber pada hadis Nabi SAW tentang Ahlul Bait dalam hadis Tsaqalain, ah ternyata ada
Muslim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Shuja’ bin Makhlad dari Ulayyah yang berkata Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Abu Hayyan dari Yazid bin Hayyan yang berkata” Aku, Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk bersamanya berkata Husain kepada Zaid ”Wahai Zaid sungguh engkau telah mendapat banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah SAW, mendengarkan hadisnya, berperang bersamanya dan shalat di belakangnya. Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan wahai Zaid. Coba ceritakan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW.
Berkata Zaid “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku sudah lupa akan sebagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang kuceritakan kepadamu terimalah,dan apa yang tidak kusampaikan janganlah kamu memaksaku untuk memberikannya. Lalu Zaid berkata” pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami di sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum seraya berpidato,maka Beliau SAW memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasehat dan peringatan.
Kemudian Beliau SAW bersabda “Ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku hanya seorang manusia. Aku merasa bahwa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu. Dan Aku tinggalkan padamu dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah”. Kemudian Beliau melanjutkan, “ dan Ahlul BaitKu, kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu.” Lalu Husain bertanya kepada Zaid” Hai Zaid siapa gerangan Ahlul Bait itu? Tidakkah istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait? Jawabnya “Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW”, Husain bertanya “Siapa mereka?”.Jawab Zaid ”Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbes”. Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain; “Ya”, jawabnya. (Shahih Muslim juz II hal 279 bab Fadhail Ali).
Dari Hadis ini Ahlul Bait yang dimaksud adalah Istri-istri Nabi SAW,Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Abbas. Sayangnya hal ini adalah pendapat Zaid bin Arqam salah seorang sahabat Nabi SAW yang mulia. Bukan berarti kami meragukan Beliau tetapi alangkah baiknya kalau yang menjadi rujukan langsung adalah Rasulullah SAW sendiri. Lagipula kami menemukan hadis lain juga dalam Shahih Muslim di bab yang sama dengan pendapat Zaid bin Arqam perihal Ahlul Bait yang sedikit berbeda
“Kami berkata “Siapa Ahlul Bait? Apakah istri-istri Nabi? .Kemudian Zaid menjawab” Tidak, Demi Allah ,seorang wanita(istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima sedekah”.
Jadi dalam hadis ini Zaid bin Arqam ra menolak pendapat bahwa istri Nabi SAW sebagai Ahlul Bait.
Dengan berpegang pada metode yang kuat maka kami akan tetap pada pandangan kami semula bahwa dalam hal ini Rasulullah SAW lebih layak untuk dirujuk. Lagipula Ada dua pernyataan Zaid yang kontradiktif, tidak ada alasan mengesampingkan salah satunya oleh karena itu kami memutuskan lebih baik untuk mengesampingkan keduanya.
Maka kami kembali bertanya
Dalam Hadis Tsaqalain kata Ahlul Bait yang dimaksud itu adalah bermakna apa? Apakah setiap Keluarga Rasulullah SAW yang meliputi kerabat Beliau SAW yaitu Paman-paman Beliau SAW, Sepupu Beliau SAW, Besan Beliau SAW, Istri Beliau SAW dan Anak-anak Beliau SAW?.
Kami menyimpulkan kata Ahlul Bait dalam hadis Rasulullah SAW adalah bermakna khusus bukan bermakna umum karena jika bermakna umum maka hal itu akan meliputi kerabat Rasulullah SAW yang kafir kepada Allah SWT seperti Abu Jahal dkk. Sangat tidak mungkin pedoman umat islam adalah orang kafir. Jadi kami menyimpulkan kata Ahlul Bait dalam hadis Tsaqalain bermakna khusus.
Maka kembali kami meninjau Ahlul Bait dalam arti khusus yang digunakan Rasulullah SAW adalah
  • Tertuju untuk Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.
  • Tertuju untuk Istri-istri Nabi SAW
  • Tertuju untuk Salman Al Farisi
Kembali ke awal, ternyata pemecahan masalah ini masih belum ada kemajuan :mrgreen:
Maka kami kembali merujuk ke teks hadis Tsaqalain, dan kami dapati bahwa pemecahannya ada di sana. Hadis Tsaqalain menyatakan dengan jelas Kitab Allah dan Ithrati Ahlul Baiti(Ithrah Rasulullah SAW Ahlul Bait Rasulullah SAW).
Kami meninjau kembali makna Ithrah dan kami dapati bahwa kata ini bermaknaKeturunan. Jadi kami dapati bahwa Ahlul Bait yang dimaksud adalah Ahlul Bait yang terhubung dengan nasab atau keturunan. Dalam hal ini maka sudah jelas Ithrati Ahlal Baiti merujuk pada Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS. Sedangkan Istri-istri Nabi SAW dan Salman Al Farisi tidak terkait sedikitpun dengan nasab atau keturunan Rasulullah SAW.
  • Sayyidah Fatimah AS adalah Putri tercinta Sang Rasul yang Mulia, sangat jelas terkait dengan nasab dan keturunan Nabi SAW
  • Imam Ali AS adalah Sepupu Rasulullah SAW Suami tercinta Sayyidah Fatimah AS, dan Ayah kedua cucu Nabi SAW. Beliau Imam Ali AS terkait dengan nasab dan keturunan Nabi SAW melalui kedua cucu Nabi SAW.
  • Imam Hasan AS adalah Cucu Rasulullah SAW, sangat jelas terkait dengan nasab dan keturunan Nabi SAW.
  • Imam Husain AS adalah Cucu Rasulullah SAW, sangat jelas terkait dengan nasab dan keturunan Nabi SAW.
Maka sudah jelas kami dapati bahwa Ahlul Bait dalam hadis Tsaqalain adalahSayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS. Apakah hanya mereka Ithrati Ahlul Bait Rasulullah SAW?. Setelah kami tinjau kembali hadis Tsaqalain maka kami dapati bahwa banyak hadis Tsaqalain menjelaskan bahwa Kitab Allah dan Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW tidak akan berpisah sampai hari kiamat. Yang menyiratkan bahwa Ithrah Ahlul Bait akan terus ada bersama Kitab Allah. Jika sekarang Kitab Allah masih ada maka begitu pula Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW.
.
.
.
Metode Kedua Rasio Sebagai Dalil Aqli
Maka kami meninjau kembali apakah masih ada Ithrah atau keturunan Nabi SAW sampai saat ini? Kami temukan bahwa Al Imam Hasan AS dan Al Imam Husain AS memiliki keturunan yang banyak hingga saat ini. kemudian apakah semua keturunan itu adalah Ithrah Rasulullah SAW sang pedoman Umat Islam.
Sang pedoman dalam pandangan kami adalah sosok yang selalu bersama kebenaran dalam hal ini Mereka akan selalu bersama Al Quran. Dalam hal ini kami menyimpulkan bahwa Sosok itu bisa dari keturunan Imam Hasan AS dan bisa dari keturunan Imam Husain AS.
Maka kami kembali ke metode yang pertama yaitu dengan hadis Rasulullah SAW sendiri, adakah hadis yang menjelaskan bahwa sosok itu akan berasal dari keturunan Imam Hasan AS atau keturunan Imam Husain AS atau malah keduanya?. Kami ternyata tidak menemukan hadis yang demikian.
Maka kami meninjau kembali dengan metode yang kedua yaitu Metode Serasional Mungkin :mrgreen:
  • Azaz Rasional pertama, Sosok tersebut harus selalu benar karena begitulah sang Pedoman bagi umat Islam. Seandainya sang pedoman ini salah maka kesalahan tersebut akan dirujuk oleh umat islam sebagai kebenaran. Mungkinkah Tuhan menghendaki kesalahan dijadikan pedoman ;)
  • Azaz Rasional Kedua, Sosok tersebut harus dinyatakan sendiri oleh Pribadi yang selalu benar untuk menghindari semua bentuk subjektivitas. Siapakah Pribadi yang dimaksud? sudah jelas pribadi yang selalu benar dan menjadi rujukan adalah Sang Rasulullah SAW. tetapi bukankah dalam hal ini kami telah menyatakan bahwa kami tidak menemukan hadis yang memuat keterangan tentang Sang pedoman bagi umat islam selain Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.
Dengan kedua azaz di atas kami tinjau
  • Azaz pertama Sang Pedoman selalu benar
  • Azaz kedua Rasulullah SAW Sang Pedoman menetapkan Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS sebagai Sang Pedoman sebagaimana yang tertera dalam hadis Tsaqalain. Jadi Sang Pedoman yang lain harus dinyatakan oleh salah satu dari Sang Pedoman yang diketahui yaituRasulullah SAW Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.
Kesimpulan kedua azaz tersebut adalah Sang Pedoman Yang Lain Ditetapkan Oleh Sang Pedoman Yang Diketahui.
Kembali kami meninjau adakah Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS. menetapkan siapa Sang Pedoman yang lain sampai akhir zaman. Disini tidak ada cara lain kecuali dengan merujuk melalui perkataan-perkataan Mereka yang tercatat. Sayangnya kami kembali tidak menemukan catatan-catatan dari Mereka AS.
Kami meninjau kembali dan kami dapati bahwa sebelumnya Rasulullah SAW tidak menjelaskan siapa saja Sang Pedoman sampai akhir zaman atau hari kiamat yang selalu bersama Al Quran dari kalangan Ithrah Ahlul Bait Beliau SAW. Kami menemukan bahwa Rasulullah SAW hanya menyatakan Sang Pedoman yang semasa dengan Beliau SAW. Maka dari sini kami mengambil kesimpulan bahwa
Sang Pedoman Yang Lain Ditetapkan Oleh Sang Pedoman Yang Diketahui Yang Berada Dalam Satu Masa.
Dari sini kami kembali meninjau
  • Masa Sang Pedoman yang Ditetapkan Oleh Allah SWT yaitu Rasulullah SAW
  • Masa Sang Pedoman yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW yaitu Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.
  • Masa Sang Pedoman yang ditetapkan oleh salah satu dari Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS yaitu Sang Pedoman Yang Lain
Penetapan Sang Pedoman adalah demi kepentingan masa selanjutnya, jadi Sang Pedoman yang menetapkan Sang Pedoman Lain untuk masa selanjutnya secara rasional adalah Sang Pedoman yang terdekat dengan masa munculnya Sang Pedoman Lain.
Jika dalam satu masa masih ada lebih dari satu Sang Pedoman maka tidak ada kepentingan untuk menetapkan Sang Pedoman Yang Lain. Hal ini dikarenakan jika salah satu Sang Pedoman meninggal maka masih ada Sang Pedoman untuk masa tersebut. Dalam hal ini Sang Pedoman Yang menetapkan Sang Pedoman Yang Lainadalah Sang Pedoman Yang terakhir wafatnya.
Secara historis kami dapati bahwa Sang Pedoman Terakhir yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW dan terdekat masanya dengan Sang Pedoman Yang Lain adalah Al Imam Husain AS. Jadi dari sini kami menyimpulkan bahwa Al Ithrah Ahlul Baitsebagai Sang Pedoman Yang Bersama Al Quran adalah Dari Keturunan Al Imam Husain AS.

3 comments:

  1. Allahumma shallia ala Muhammad wa Aali Muhammad wa ajjil farajahum

    ReplyDelete
  2. Nama para Imam setelah Husein sdh dijelaskan dlm hadis “Yanabiul Mawaddah” karangan Sulaiman al Qunduzi

    ReplyDelete
  3. Nama para Imam setelah Husein sdh dijelaskan dlm hadis “Yanabiul Mawaddah” karangan Sulaiman al Qunduzi

    ReplyDelete