Thursday 11 August 2011

Kekeliruan Hafiz Firdaus Dalam Memahami Hadis Tsaqalain


Kekeliruan Hafiz Firdaus Dalam Memahami Hadis Tsaqalain
Hadis Tsaqalain memang merupakan hadis yang seringkali dipermasalahkan di sisi Sunni baik dari segi sanad maupun matannya. Sayangnya permasalahan tersebut adalah permasalahan yang dicari-cari, seperti meragukan sanad-sanadnya padahal sanad hadis ini adalah shahih dan mutawatir atau melakukan takwil terhadap maknanya karena khawatir akan menjadi hujjah bagi Syiah, padahal makna hadis itu begitu jelas sehingga penakwilan terhadap maknanya kelihatan sekali dibuat-buat agar tidak menjadi hujjah bagi Syiah. Penakwilan seperti ini yang dilakukan oleh Hafiz Firdaus dalam bukunya “Jawaban Ahlus Sunnah Kepada Syiah Rafidhah Dalam Persoalan Khalifah”Tulisan Hafiz Firdaus tentang Hadis Tsaqalain dapat anda lihat disini.
Perlu ditekankan Hadis Tsaqalain ini benar-benar terdapat dalam kitab hadis Sunni, oleh karena itu lebih baik disingkirkan pikiran-pikiran yang menganggap pembahasan hadis ini selalu berkaitan dengan Syiah. Masalah Syiah memakai hadis ini sebagai hujjah itu masalah lain. Yang ingin dibahas itu bagaimana sebenarnya pemahaman yang benar terhadap hadis ini tanpa dipengaruhi kecenderungan untuk menolak Syiah. Kecenderungan menolak Syiah atau kedengkian kepada Syiah membuat mata seringkali tertutup dari pemahaman yang benar. Seolah yang benar bukan terletak pada Teks Hadis itu sendiri tapi terletak pada sejauh apa pemahaman hadis itu berbeda dengan apa yang dikatakan Syiah. Seolah-olah pemahaman yang berbeda dengan apa yang dipahami Syiah atau pemahaman yang menjatuhkan Syiah maka pemahaman itu akan menjadi benar dengan sendirinya. Sebaliknya setiap pemahaman yang dapat dijadikan hujjah oleh Syiah maka itu menjadi salah. Pemahaman seperti inilah yang ditunjukkan Hafiz Firdaus dalam bukunya dan pemahaman beliau itu benar-benar keliru.
Hafiz Firdaus ketika membahas Hadis Tsaqalain benar-benar dipengaruhi oleh prakonsepsinya bahwa Apapun yang menjadi Hujjah Syiah adalah bathil. Oleh karena itu pembahasan Beliau itu berputar-putar pada bagaimana cara memahami Hadis Tsaqalain agar tidak menjadi hujjah Syiah bahkan sebaliknya menjadi serangan terhadap Syiah. Sudah jelas sekali sikap yang seperti ini benar-benar tidak objektif dan memang sangat dipaksakan. Sikap seperti ini memang mempunyai niat tertentu dalam rangka untuk menjatuhkan Syiah.
Strategi yang seringkali dilakukan oleh orang seperti ini untuk menjatuhkan Syiah adalah berusaha memaksakan cara berfikir kepada para pembacanya bahwa“Apapun Yang Dikatakan Syiah Adalah Sesat”. Bukti nyata untuk hal ini dapat anda lihat dalam tulisannya ketika Hafiz Firdaus membahas hadis-hadis yang dijadikan hujjah bagi Syiah, beliau selalu berkata
“Hadis ini justru adalah sebaik-baik dalil untuk membatalkan hujjah Syiah atau hadis ini justru dengan jitu membatalkan doktrin Syiah”.
Padahal kalau dilihat dan dipikirkan dengan seksama yang dia katakan sebaik-baik dalil itu benar-benar dipaksakan dan dibuat-buat. (jadi dimana jitunya)
Begitulah memang dan tentu bisa diduga, mereka yang dengki kepada Syiah akan berteriak kegirangan ketika mereka melihat ternyata Hujjah Syiah dikatakan bathil.Dalam pikiran mereka Syiah itu kafir dan sesat. Kemudian dengan pikiran seperti ini nyata sekali kalau mereka tidak akan menilai objektif apapun yang menjadi hujjah Syiah, bagi mereka yang penting Syiah salah. Tentu saja kedengkian dan kebencian menghalang mereka dari berpikir kritis dan memahami dengan benar karana yang diinginkan itu adalah penolakan. Jadi setiap penolakan terhadap Syiah akan menjadi kebenaran bagi mereka. Mari kita telaah pembahasan hadis Tsaqalain oleh Hafiz Firdaus ini dan akan ditunjukkan bahwa pembahasan ini tidak selalu berkaitan dengan Apa yang seharusnya bagi Sunni atau Apa yang dikatakan Syiah. Cukup kita lihat bagaimana Hadis Tsaqalain itu berbicara.
Hafiz Firdaus memulai pembahasannya dengan hadis Tsaqalain riwayat Muslim dalam Shahih Muslim hadis no: 2408 (Kitab keutamaan para sahabat, Bab keutamaan ‘Ali bin Abi Thalib).
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda Ketahuilah wahai manusia, sesungguhnya aku hanyalah manusia. Aku merasakan bahawa utusan Tuhan-Ku (Malaikat Maut) akan datang dan aku akan memenuhinya. Aku tinggalkan kepada kalian al-Tsaqalain (dua perkara yang penting): Yang pertama adalah Kitab Allah (al-Qur’an), di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Maka berpegang teguhlah dengan Kitab Allah. (Perawi – Zaid bin Arqam – menjelaskan bahawa Rasulullah menekankan kepada berpegang dengan Kitab Allah. Kemudian Rasulullah menyambung):(Yang kedua ialah) Dan Ahl al-Baitku, aku peringatkan kalian kepada Allah tentang Ahl al-Baitku. Aku peringatkan kalian kepada Allah tentang Ahl al-Baitku. Aku peringatkan kalian kepada Allah tentang Ahl al-Baitku.
Kemudian beliau langsung membawakan hadis kedua yang dikeluarkan oleh Tarmizi di dalam kitab Sunan Tirmizi hadis no: 3874 (Kitab Manaqib, Bab Manaqib Ahl al-Bait). Juga dikeluarkan oleh Ahmad, Al-Thabarani dan Al-Thahawi dan dinilai sahih oleh Al-Albani di dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah – hadis no: 1761.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu .
Perhatikan baik-baik setelah membawa kedua hadis ini beliau Hafiz Firdaus tidak menyangkal keshahihan hadis ini, artinya beliau sepakat bahwa kedua hadis tersebut memiliki sanad yang shahih. Sayangnya beliau melakukan akrobat yang aneh ketika memahami hadis ini. Tetapi sebelum berakrobat beliau sudah melakukan pembenaran terhadap akrobatnya sendiri, lihat kata-katanya
“para pengkaji Syi‘ah merumuskan bahawa Hadis al-Tsaqalain juga diriwayatkan oleh puluhan orang sahabat dan tercatit dalam ratusan kitab rujukan Ahl al-Sunnah. Rumusan ini diterima dengan baik kerana para sahabat dan para tokoh Ahl al-Sunnah tersebut tidak sekadar meriwayat dan mencatit Hadis al-Tsaqalain akan tetapi mereka juga memahaminya dengan pemahaman yang benar. Bagaimanakah pemahaman tersebut? Ikutilah pembahasan seterusnya”.
Tidak berlebihan kalau kita berpendapat bahwa Hafiz Firdaus juga membenarkan bahwa riwayat hadis Tsaqalain sangat banyak dan mutawatir. Dari kata-katanya itu juga ia menisbatkan pemahaman yang benar itu adalah pemahamannya dan pemahamannya itu mewakili pemahaman sahabat dan tokoh-tokoh Ahlus Sunnah. Sugesti yang pas sekali bagi mereka yang pikirannya benar-benar tertutup. Padahal dalam karyanya itu tidak satupun dia mengutip pendapat sahabat dan tokoh Ahlus Sunnah perihal Hadis Tsaqalain.(pendapat Ajjuri yang dia kutip tidak memuat keterangan kalau yang dibicarakan itu adalah penafsiran Ajjuri terhadap hadis Tsaqalain)
Hafiz Firdaus menafsirkan bahwa Hadis Tsaqalain menafikan Rasulullah SAW mewasiatkan jawatan khalifah bagi Ahlul Bait. Masalah inilah yang saya maksud berkaitan dengan apa yang dikatakan Syiah. Saya tidak akan membahas ini, mari kita lihat teks hadis Tsaqalain itu sendiri. Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat. Kata- kata ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW meninggalkan sesuatu yang jika kita berpegang kepadanya niscaya kita tidak akan sesat, lalu apa itu? Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu . Ternyata keduanya Al Quran dan Ahlul Bait yang menjadi pegangan kita agar tidak sesat. Lihat sederhana bukan dan tidak perlu main akrobat segala.
Lihat lagi riwayat Muslim Aku tinggalkan kepada kalian al-Tsaqalain (dua perkara yang penting), nah ada dua perkara penting yang ditinggalkan Rasulullah SAW. Lalu apa itu? Yang pertama adalah Kitab Allah (al-Qur’an), di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Maka berpegang teguhlah dengan Kitab Allah. Jelas yang pertama Al Quran dan kita harus berpegang teguh kepadanya, lalu apa yang kedua?(Yang kedua ialah) Dan Ahl al-Baitku, aku peringatkan kalian kepada Allah tentang Ahl al-Baitku. Aku peringatkan kalian kepada Allah tentang Ahl al-Baitku. Aku peringatkan kalian kepada Allah tentang Ahl al-Baitku. Yang kedua adalah Ahlul Bait, kata-kata Rasulullah SAW menunjukkan Rasulullah mengingatkan Kita akan Ahlul Bait, tapi apa persisnya peringatan itu tidak dijelaskan dalam hadis tersebut.
Jadi bagaimana? Mari kita telaah, bukankah awalnya Rasulullah SAW berkata ada 2 perkara penting yang beliau tinggalkan, yang pertama Kitab Allah dan kita harus berpegang teguh kepadanya kemudian Ahlul Bait, nah kita harus apa dengan Ahlul Bait, peringatan itu takkan tidak dijelaskan. Adalah tidak mungkin kalau Rasulullah SAW tidak menjelaskan perkara penting, jadi dengan kata lain peringatan itu sudah tercakup dalam pesan sebelumnya tentang Al Quran, ertinya pesan Rasulullah SAW terhadap dua perkara itu adalah sama yaitu keharusan berpegang teguh pada keduanya. Seandainya peringatan Rasulullah SAW tentang Al Quran dan Ahlul Bait itu berbeda maksudnya maka Rasulullah SAW pasti akan langsung menjelaskannya. Artinya peringatan Rasulullah kepada Kita soal Ahlul Bait adalah hendaklah berpegang teguh padanya sama seperti Al Quran. Pemahaman seperti ini benar-benar cocok dengan hadis Tsaqalain kedua riwayat Tirmizi, Ahmad, Thabrani dan Thahawi sebelumnya.
Sedangkan yang dikatakan Hafiz Firdaus adalah penakwilan dan bukan zhahir hadis, lihat kata-katanya
Peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Hadis al-Tsaqalain adalah supaya kita umat Islam menjaga sikap terhadap Ahl al-Bait baginda. Hendaklah kita mencintai, berselawat, menghormati dan bersopan terhadap Ahl al-Bait radhiallahu ‘anhum dalam batasan yang ditetapkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih.
Sekarang coba lihat lagi dalam hadis Tsaqalain baik riwayat Muslim , Tirmizi, Ahmad, Thabrani dan Thahawi adakah dalam teks hadis itu yang menyatakan bahwa peringatan Rasulullah SAW itu adalah supaya kita umat Islam menjaga sikap terhadap Ahl al-Bait baginda. Hendaklah kita mencintai, berselawat, menghormati dan bersopan terhadap Ahl al-Bait radhiallahu ‘anhum. Tunjukkan kalau ada, itulah yang saya maksud akrobat yang aneh, memunculkan sesuatu yang tidak ada dalam teks hadis Tsaqalain berdasarkan pikirannya sendiri untuk menyimpangkan dari arti yang sebenarnya.
Akrobat yang lain dari Hafiz Firdaus adalah sesuatu yang benar-benar jelas artinya dibawa-bawa ke pikirannya sendiri, lihat kata-katanya
Berpegang kepada Ahl al-Bait Rasulullah bermaksud berpegang kepada hak-hak mereka, yakni mencintai mereka, berselawat, menghormati dan bersopan santun terhadap mereka. Barangsiapa yang berpegang kepada hak-hak Ahl al-Bait radhiallahu ‘anhum, nescaya dia berada di jalan yang benar.
Tidak dipungkiri bahwa kita harus melakukan apa yang ia sebutkan perihal Ahlul Bait tapi untuk masalah ini banyak hadis-hadis keutamaan Ahlul Bait yang menjelaskannya. Sedangkan yang kita bicarakan ini adalah Hadis Tsaqalain, apa benar maksud hadis Tsaqalain seperti itu, adakah dalam hadis Tsaqalain kata-kataberpegang kepada hak-hak mereka, yakni mencintai mereka, berselawat, menghormati dan bersopan santun terhadap mereka. Yang ada hanya kata-kata berpegang kepada mereka Ahlul Bait agar tidak sesat dan bukan berpegang pada hak-hak mereka. Lihat saja sendiri.
Teks hadis Tsaqalain itu jelas sekali sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu . Kalau kita mengikuti logika Hafiz ini maka kita dapat menyatakan bahwa agar tidak sesat kita harus menghormati Al Quran, mencintainya, memuji-mujinya, dan maksud berpegang kepada Al Quran itu adalah berpegang kepada adab-adab ketika menyentuh Al Quran. Begitukah maksudnya, ah orang yang punya sedikit pikiran saja tahu bahwa zahir hadis tidak seperti itu. Mari lihat Hadis ini
“Sesungguhnya Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang jika kamu pegang teguh pasti kamu sekalian tidak akan sesat selamanya yaitu Kitabullah dan SunahKu. Keduanya tidak akan berpisah hingga menemuiKu di Al Haudh.”
Katakan pada saya apa maksud hadis di atas, adakah yang dimaksud berpegang kepada Sunah itu adalah menuliskannya, mencintainya, memuji-mujinya, memelihara Kitab-kitab Hadis, memuliakan mereka pemelihara Sunah, adakah itu yang dimaksud. Tidak salah lagi yang saya sebutkan itu baik semua, tapi adakah itu yang diinginkan hadis di atas. Bukankah banyak sekali yang berdalil dengan hadis di atas dan menyatakan bahwa kita harus berpedoman pada Al Quran dan Sunah Rasul agar tidak tersesat. Sungguh jelas sekali makna hadis itu agar Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW kita jadikan pedoman hidup kita agar kita tidak tersesat.
Kemudian lihat lagi Hadis Tsaqalain dan bandingkan dengan hadis di atas, kata-katanya sama persis kecuali kata SunahKu itu menjadi Itrati Ahlul BaitKu. Kalau mau dibandingkan hadis itu dengan hadis Tsaqalain dari segi sanad, maka jelas sekali hadis Tsaqalain sanadnya jauh lebih shahih dan sanadnya lebih banyak ketimbang hadis di atas. Bahkan Menurut saya hadis di atas yang memuat kata “Al Quran dan SunahKu” memiliki sanad yang dhaif, anda dapat melihat dalam tulisan saya tentang itu. Dengan membandingkan hadis Tsaqalain dan hadis di atas maka seharusnya pemahaman hadis Tsaqalain itu mudah saja yaitu Hadis Tsaqalain menyatakan agar Al Quran dan Ahlul Bait Rasul SAW dijadikan pedoman hidup kita agar kita tidak tersesat. Sederhana bukan.
Kita lihat Akrobat Hafiz Firdaus yang lain, dalam tulisannya itu dia menilai Syiah berlebih-lebihan ketika menjadikan Ahlul Bait sebagai sumber syariat. Lihat kata-katanya
Berpegang kepada Ahl al-Bait Rasulullah tidak bermaksud menjadikan mereka sumber syari‘at Islam kerana mereka sendiri tertakluk kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman: Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. Dan sesiapa yang tidak taat kepada hukum Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata. [al-Ahzab 33:36] Ahl al-Bait termasuk dalam keumuman perintah “orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan” dalam ayat di atas. Mereka tidak memiliki wewenang untuk memilih atau membuat hukum tersendiri melainkan taat kepada ketetapan Allah (al-Qur’an) dan Rasul-Nya (al-Sunnah).

Tanggapan Kami: Begitukah, sungguh argumentasi yang tidak pada tempatnya. Seharusnya dengan ayat Al Quran yang dia pakai itu apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka maka kita diharuskan menaati perintah Rasulullah SAW dalam hadis Tsaqalain. Bukankah dalam Hadis Tsaqalain tersebut berpedoman kepada Ahlul Bait atau menjadikannya sumber syariat adalah ketetapan yang bersumber dari Rasulullah SAW. Jadi yang mana yang berlebih-lebihan.
Akrobat Hafiz Firdaus yang lain adalah soal analoginya yang tidak pas, untuk memudahkan pemahaman pembaca tentang maksud hadis Tsaqalain, dia telah menampilkan analoginya yaitu
Umpamakan sebuah keluarga yang terdiri daripada seorang ayah, ibu, dan lima orang anak. Anak yang sulung sudah mencapai umur belasan tahun manakala yang bongsu berumur sekitar 8 bulan. Pada satu malam ayah dan ibu ingin keluar kerana ada jemputan majlis perkahwinan. Sebelum keluar rumah ibu berpesan kepada anak-anaknya: Mak dan ayah hendak ke jemputan kahwin anak Pak Su. Along, Nurul, Amin dan Aminah, siapkan homework sekolah. Jangan tak siap sebab bulan depan dah nak exam. Sambil itu tengok-tengokkan adik. Ingat ya tentang adik! Tengokkan lampinnya dan jika menangis bancuhkan susu atau Nestum. Nanti bila mak balik, mak nak tengok sama ada homework dah siap dan lampin adik sudah ditukar atau belum. Ibu telah meninggalkan dua pesanan penting (al-Tsaqalain) kepada anak-anaknya:
1. Hendaklah disiapkan kerja sekolah.
2. Diperingatkan tentang adik bongsu yang berumur lapan bulan.
Apabila ibu memperingatkan abang-abang dan kakak-kakak tentang adik mereka, ia bererti ibu meletakkan tanggungjawab di atas bahu abang-abang dan kakak-kakak. Tanggungjawab tersebut ialah menjaga hal ehwal adik bongsu mereka. Tidak sebaliknya, peringatan ibu tidak sekali-kali bermaksud menjadikan adik bongsu bertanggungjawab ke atas hal ehwal abang-abang dan kakak-kakaknya.
Lihat baik-baik apakah analoginya itu pas dengan hadis Tsaqalain. Dalam hadis Tsaqalain riwayat Muslim tidak ada perincian soal apa peringatan Rasulullah SAW itu. Sedangkan dalam analoginya perincian itu dia paparkan Ingat ya tentang adik! Tengokkan lampinnya dan jika menangis bancuhkan susu atau Nestum. Atau dari kata-kata dan lampin adik sudah ditukar atau belum. Jelas sekali bukan kalau analoginya saja sudah tidak pas, percuma saja dilanjutkan. Bagaimana analogi yang tepat, lihat ini kalau kita berdasarkan hadis Tsaqalain riwayat Tirmidzi analoginya begini
Ibu berkata “Dik ibu sama bapak mau pergi, adik jangan lupa buat PR. Nah supaya gak salah buat PRnya, ini Ibu tinggalin Buku Panduan Lengkap dan Kakak. Ingat lihat Buku itu atau tanya sama Kakak ya”.
Kalau berdasarkan riwayat Muslim analoginya begini
Ibu berkata “Dik ibu sama bapak mau pergi, adik jangan lupa buat PR. Nah ini Buku Panduan Lengkap biar adek buat PRnya gak salah. Ingat Kakak ada dirumah, Ingat ya tentang Kakak, Ingat ya Kakak ada di rumah kok”.
Kedua analogi itu kalau kita perhatikan bersama artinya yang tepat adalah Ibu menyuruh adik mengerjakan PR dengan panduan Buku itu dan Kakak. Jadi pesan Ibu itu justru menempatkan tanggung jawab pada adik supaya kalau tidak mau PRnya salah ya lihat Buku itu dan tanya sama Kakak.
Jadi kalau diperhatikan memang pemahaman Hafiz Firdaus soal hadis Tsaqalain ini benar-benar keliru dan memang sangat dipaksakan. Kesimpulannya, Kalau berdasarkan zahir hadis maka kita dapati arti hadis Tsaqalain itu adalah agar kita menjadikan Al Quran dan Ahlul Bait Rasul SAW sebagai pedoman hidup kita agar tidak tersesat . Cukup sekian pembahasan saya, Wassalam

No comments:

Post a Comment